Kisah seorang artis yang bernama Cat Stevens yang (alhamdulillah) menjadi
seorang muslim, kemudian ia dipanggil dengan nama Yusuf Islam. Inilah kisahnya
seperti yang ia ceritakan, kami menukilnya secara ringkas.
"Aku terlahir
dari sebuah rumah tangga Nasrani yang berpandangan materialis. Aku tumbuh besar
seperti mereka. Setelah dewasa, muncul kekagumanku melihat para artis yang aku
saksikan lewat berbagai media massa sampai aku mengganggap mereka sebagai dewa
tertinggi. Lantas akupun bertekad mengikuti pengalaman mereka. Dan benar,
ternyata aku menjadi salah seorang bintang pop terkenal yang terpampang di
berbagai media massa. Pada saat itu aku merasa bahwa diriku lebih besar dari
alam ini dan seolah-olah usiaku lebih panjang daripada kehidupan dunia dan
seolah-olah akulah orang pertama yang dapat merasakan kehidupan seperti itu.
Namun pada suatu hari aku jatuh sakit dan terpaksa di opname di rumah
sakit. Pada saat itulah aku mempunyai kesempatan untuk merenung hingga aku temui
bahwa diriku hanya sepotong jasad dan apa yang selama ini aku lakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan jasad. Aku menilai bahwa sakit yang aku derita
merupakan cobaan ilahi dan kesempatan untuk membuka mataku. Mengapa aku berada
disini? Apa yang aku lakukan dalam kehidupan ini?
Setelah sembuh, aku
mulai banyak memperhatikan dan membaca seputar permasalahan ini, lantas aku
membuat beberapa kesimpulan yang intinya bahwa manusia terdiri dari ruh dan
jasad. Alam ini pasti mempunyai Ilah. Selanjutnya aku kembali ke gelanggang
musik namun dengan gaya musik yang berbeda. Aku menciptakan lagu-lagu yang
berisikan cara mengenal Allah. Ide ini malah membuat diriku semakin terkenal dan
keuntungan pun semakin banyak dapat aku raih. Aku terus mencari kebenaran dengan
ikhlas dan tetap berada di dalam lingkungan para artis. Pada suatu hari temanku
yang beragama Nasrani pergi melawat ke masjidil Aqsha.
Ketika kembali,
ia menceritakan kepadaku ada suatu keanehan yang ia rasakan di saat melawat
masjid tersebut. Ia dapat merasakan adanya kehidupan ruhani dan ketenangan jiwa
di dalamnya.
Hal ini berbeda dengan gereja, walau dipadati orang banyak
namun ia merasakan kehampaan di dalamnya. Ini semua mendorongnya untuk membeli
al-Qur'an terjemahan dan ingin mengetahui bagaimana tanggapanku terhadap
al-Qur'an. Ketika aku membaca al-Qur'an aku dapati bahwa al-Qur'an mengandung
jawaban atas semua persoalanku, yaitu siapa aku ini? Dari mana aku datang? Apa
tujuan dari sebuah kehidupan? Aku baca al-Qur'an berulang-ulang dan aku merasa
sangat kagum terhadap tujuan dakwah agama ini yang mengajak untuk menggunakan
akal sehat, dorongan untuk berakhlak mulia dan akupun mulai merasakan keagungan
Sang Pencipta.
Semakin kuat perasaan ini muncul dari jiwaku, membuat
perasaan bangga terhadap diriku sendiri semakin kecil dan rasa butuh terhadap
Ilah Yang Maha Berkuasa atas segalanya semakin besar di dalam relung jiwaku yang
terdalam.
Pada hari Jum'at, aku bertekad untuk menyatukan akal dan
pikiranku yang baru tersebut dengan segala perbuatanku. Aku harus menentukan
tujuan hidup. Lantas aku melangkah menuju masjid dan mengumumkan keislamanku.
Aku mencapai puncak ketenangan di saat aku mengetahui bahwa aku dapat
bermunajat langsung dengan Rabbku melalui ibadah shalat. Berbeda dengan
agama-agama lain yang harus melalui perantara."
Demikianlah Yusuf Islam
memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam ia tidak hanya duduk di tempat ibadah
menyembah Allah yang telah menguasai hatinya dengan kecintaan, namun ia
melakukan aktifitas untuk kemaslahatan agama ini. Ia ikut andil di dalam
berbagai lembaga dan yayasan Islam yang bergerak di bidang dakwah dan sosial.
Semoga Allah memberinya ganjaran yang baik atas sumbangsih yang telah ia berikan
kepada kita, agama Islam dan kaum muslimin.
(SUMBER: SERIAL KISAH
TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qahthani, penerbit DARUL HAQ, telp.021-4701616)
0 comments:
Post a Comment
Selalu indah dengan kata-kata yang indah pula