Ketulusan cinta ini berawal pada saat ada seorang perempuan datang ke
masjid Rasulullah Saw ingin mendengarkan nasehat dan pengajian Beliau.
Di tegah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda. Lalu terjadilah
dialog antara mereka berdua:
"Anda mau ke mana?" tanya pemuda tersebut.
"Saya mau bertemu dengan Rasulullah Saw’
"Apakah Anda mencintai Beliau?’
"Demi kebenaran cintamu kepada Beliau, angkatlah cadarmu!" pemuda itu melanjutkan.
Lalu perempuan itu mengangkat cadarnya sebagai perhormatan kepada Rasulullah Saw. Pemuda itu memegang dagu perempuan tersebut. Perempuan itu tersentak dan sadar. Ia sangat menyesali kejadian tersebut.
Ia kemudian menceritakan kejadian itu kepada suaminya. Setelah mendengar cerita istrinya, suaminya kemudian pergi menghadap Rasulullah Saw. Di hadapan Beliau ia menceritakan semua kejadian tersebut. Rasulullah Saw, kemudian bersabda kepadanya,
"Nyalakan api tungku, kemudian perintahkan ia masuk ke dalamnya dan katakan kepadanya bahwa ini demi Rasulullah".
Lalu suami dari perempuan tersebut hendak melakukan semua perintah Rasulullah saw. Setelah semuanya siap, ia lalu menyuruh istrinya untuk masuk ke dalamnya. Akan tetapi istrinya tidak mau melakukannya.
Melihat itu ia berkata, "Lakukanlah demi Rasululah Saw!"
"Sebagai penghormatan kepada Beliau, saya akan melakukannya!"
Setelah itu kemudian ia masuk ke dalam tungku yang sedang menyala dan suaminya kemudian menutup tungku tersebut. Setelah itu, ia menghadap kepada Rasulullah Saw dan menceritakan semuanya.
Rasulullah kemudian berkata kepadanya, "Sekarang pulanglah dan lihat bagamana keadaannya!’
Lalu ia pulang untukk melihat bagaimana keadaan istrinya. Akan tetapi ia kaget begitu mengetahui istrinya duduk di tengah tngku dan ia masih dalam keadaan normal. Ia kemudian mengeluarkannya dalam keadaan sehat seperti sediakala tanpa terpengaruh oleh panasnya api dengan izin Allah SWT.
Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari cerita tersebut:
Pertama : Penggunaan cadar bagi wanita muslimah diceritakan begitu penting, sehingga wanita yang membuka cadar karena alasan cinta kepada Rasulullah mesti dibuktikan dengan berdiam di dalam tungku yang dibakar api. Apalagi membukanya karena alasan lain!? Wajah wanita adalah awal fitnah bagi pria dan wanita. Cinta bukan sekedar mengaku saja.
Kedua : Cinta yang bersifat batin mesti ada bukti yang bersifat lahir. Cerita di atas mencerminkan kekuatan cinta yang hakiki, bukan cinta yang semu (majazi).
Ketiga : Pada masa dahulu sosok Rasulullah Saw adalah menjadi hakim (pemutus perkara) bagi umatnya. Pada masa sekarang kepada siapa umat ini mengadu? Umat mesti memiliki sosok pemimpin dan pembimbing bagi kehidupan agamanya.
Sumber : An-Nawadir, karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi
"Anda mau ke mana?" tanya pemuda tersebut.
"Saya mau bertemu dengan Rasulullah Saw’
"Apakah Anda mencintai Beliau?’
"Demi kebenaran cintamu kepada Beliau, angkatlah cadarmu!" pemuda itu melanjutkan.
Lalu perempuan itu mengangkat cadarnya sebagai perhormatan kepada Rasulullah Saw. Pemuda itu memegang dagu perempuan tersebut. Perempuan itu tersentak dan sadar. Ia sangat menyesali kejadian tersebut.
Ia kemudian menceritakan kejadian itu kepada suaminya. Setelah mendengar cerita istrinya, suaminya kemudian pergi menghadap Rasulullah Saw. Di hadapan Beliau ia menceritakan semua kejadian tersebut. Rasulullah Saw, kemudian bersabda kepadanya,
"Nyalakan api tungku, kemudian perintahkan ia masuk ke dalamnya dan katakan kepadanya bahwa ini demi Rasulullah".
Lalu suami dari perempuan tersebut hendak melakukan semua perintah Rasulullah saw. Setelah semuanya siap, ia lalu menyuruh istrinya untuk masuk ke dalamnya. Akan tetapi istrinya tidak mau melakukannya.
Melihat itu ia berkata, "Lakukanlah demi Rasululah Saw!"
"Sebagai penghormatan kepada Beliau, saya akan melakukannya!"
Setelah itu kemudian ia masuk ke dalam tungku yang sedang menyala dan suaminya kemudian menutup tungku tersebut. Setelah itu, ia menghadap kepada Rasulullah Saw dan menceritakan semuanya.
Rasulullah kemudian berkata kepadanya, "Sekarang pulanglah dan lihat bagamana keadaannya!’
Lalu ia pulang untukk melihat bagaimana keadaan istrinya. Akan tetapi ia kaget begitu mengetahui istrinya duduk di tengah tngku dan ia masih dalam keadaan normal. Ia kemudian mengeluarkannya dalam keadaan sehat seperti sediakala tanpa terpengaruh oleh panasnya api dengan izin Allah SWT.
Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari cerita tersebut:
Pertama : Penggunaan cadar bagi wanita muslimah diceritakan begitu penting, sehingga wanita yang membuka cadar karena alasan cinta kepada Rasulullah mesti dibuktikan dengan berdiam di dalam tungku yang dibakar api. Apalagi membukanya karena alasan lain!? Wajah wanita adalah awal fitnah bagi pria dan wanita. Cinta bukan sekedar mengaku saja.
Kedua : Cinta yang bersifat batin mesti ada bukti yang bersifat lahir. Cerita di atas mencerminkan kekuatan cinta yang hakiki, bukan cinta yang semu (majazi).
Ketiga : Pada masa dahulu sosok Rasulullah Saw adalah menjadi hakim (pemutus perkara) bagi umatnya. Pada masa sekarang kepada siapa umat ini mengadu? Umat mesti memiliki sosok pemimpin dan pembimbing bagi kehidupan agamanya.
Sumber : An-Nawadir, karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi
di kutip dari : http://www.umdah.co/
0 comments:
Post a Comment
Selalu indah dengan kata-kata yang indah pula