Rahasia Sebuah Kopiyah Dalam Islam


Peci atau kupiyah adalah istilah lain dari penutup kepala yang sering digunakan oleh seorang muslim dalam agenda acara keagamaan maupun agenda resmi yang lain.


Inti dari pemakaian kupiyah adalah mengikuti sunnah nabi Muhammad. Beberapa hadits menyebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu memakai penutup kepalanya, baik secara
Hanya Illustrasi
sempurna menggunakan Imamah (semacam surban yang diikatkan di kepala, didasari oleh kupiyah haji atau hanya sorban saja) maupun penutup yang sederhana berupa sebuah kain yang diletakkan di atas kepala semacam kupiyah haji.



Tujuan pemakaian kupiyah adalah menjaga adab dan sopan santun kita terhadap Allah Ta’ala. Walaupun bentuknya yang sempurna, kupiyah sangat dianjurkan untuk dipakai kapanpun dan dimanapun kita berada, kecuali ketika tidur atau dalam keadaan yang tidak patut untuk dipakai. Karenanya tidak heranlah jika kita temui seorang ulama besar yang telah tua renta, namun beliau masih senantiasa mengenakan kupiyah dan baju putih dengan rapi layaknya orang mau menghadap untuk shalat, padahal beliau sudah tidak bisa lagi berdiri apalagi berjalan. Hanya diam dalam kebisuan dan memejamkan mata dalam pembaringannya. Maklum saja mengingat orang yang paling beradab dan merasa takut dengan Allah adalah orang-orang yang berilmu tinggi seperti beliau. Berbeda halnya dengan orang awam yang masih suka mengooleksi baju yang berwarna-warni dan jarang sekali atawa bahkan tidak pernah memakai kupiyah, walau dalam shalat sekalipun. Karena kita memang tidak takut kepada Allah dan tidak memperdulikan adab dengan-Nya.



Bagi seorang ulama atau publik figur yang senantiasa menggunakan kupiyah dalam keseharian mereka, jika tidak adanya kupiyah karena hilang atau lainnya, merupakan salah satu dispensasi khusus dibolehkannya mereka untuk tidak mengikuti shalat jum’at maupun jamaah shalat fardu lainnya. Dalam keadaan ini setip orang boleh menggantinya dengan shalat duhur dan jamaah sendiri dirumah. Hal ini dikarenakan menjaga muru’ah (harga diri) ulama di depan publiknya. Begitu berharga martabat kupiyah dalam pandangan agama sehingga tanpa kupiyah dan pakaian yang layak, seorang publik figur termasuk dalam kategori orang yang diberi dispensasi untuk meninggalkan jum’at dan jamaah.

Share on Google Plus

About Ari Munanzar

0 comments:

Post a Comment

Selalu indah dengan kata-kata yang indah pula