Penyakit Riya/Suka Pamer (Tafakkur)

Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), Karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa’ 134).
Penyakit Riya/Suka Pamer
Sesungguhnya amat rugi orang-orang yang menjual permata dengan harga yang sangat murah, padahal ia berkesempatan menjualnya dengan harga yang paling mahal. begitulah nasib orang-orang yang beramal dengan riya, ia rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian manusia, padahal perhatian dan cinta Allah yang paling berharga dan sempurna bisa didapatkan dengan amalan yang ikhlas.
Tidak ada artinya sumbangan atau sedekah untuk fakir miskin jika bertujuan untuk dikenal pemurah oleh manusia, tidak bermakna tahajjud ditengah malam jika dibarengi oleh keinginan untuk memamerkan keshalihan pada manusia, karena pada hakikatnya manusia tidak mampu memberi pertolongan apapun dan tidak mampu mengatasi masalah apapun.
Manusia yang beramal Ikhlas dan bercita-cita untuk mendapatkan pahala akhirat, akan mendapatkan keuntungan dunia dan Akhirat sekaligus, tetapi orang yang mengharapkan keuntungan dunia, tidak akan mendapatkan Pahala akhirat dan terkadang duniapun tidak tercapai seperti yang diinginkan, tak ubahnya orang yang meninggalkan cinta seorang raja dan mengejar cinta seorang pelayan raja, padahal seorang pelayan tidak akan sudi menyayangi orang yang dibenci oleh rajanya, maka hilanglah semua cinta.
Allah menjauhkan perhatian dan kasih sayang makhluk-Nya dari orang-orang yang beramal dengan riya, sebaliknya Allah menundukkan hati makhluk-Nya kepada orang yang beramal dengan penuh keikhlasan. Dalam hal ini, rasulullah bersabda:
Apabila Allah telah mencintai seseorang, Allah memanggil Jibril dan berkata kepadanya “Sesungguhnya Aku telah mencintai Dia, maka cintailah ia!. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit “Allah telah mencintai dia, maka cintailah dia!”. penghuni langit mencintainya dan penghuni bumipun menerimanya dengan baik (HR. Muslim)

Oleh: Tgk. Waliyunis al-Madadi
Share on Google Plus

About Ari Munanzar

0 comments:

Post a Comment

Selalu indah dengan kata-kata yang indah pula