***
“Selamat ya Bibil!” canda Nila sambil menghias wajah Bela. “Thank ya Nil, kamu dah support aku, klo gak da kamu mungkin aku dah terima cintanya si Heri kemaren tu, heemm. Makasih ya dah ingetin aku untuk gak pacaran, gak tau gimana klo sempat pacaran sama dia, bisa-bisa gak jadi dipinang sama Ust Yusuf!” ucap Bela tersenyum. “Klo dah jodoh gak akan kemana Bil, aku juga pengen kek kamu” jawab Nila. “Insya Allah kamu akan dapat yang lebih dari aku Nil, tapi janji ya, kamu juga gak pacaran” tambah Bela serius. “Jomblo sampe halal” Nila mengacungkan kelingking kepada Bela. “Yups” balas Bela sambil tersenyum.
“Trang....” tak sengaja Bela menyenggol vas bunga disampingnya. “Masya Allah” ucap Bela terkejut. “Kenapa Bil?” tanya Nila. “Gak tau ni Nil, gak sengaja, hatiku jadi gak tenang Nil” ungkap Bela risau. “Kamu gak usah mikir yang macam-macam, Insya Allah gak da apa-apa”. Sahut Nila menenangkan Bela.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, keluarga pak Abdullah belum juga datang. “Kemana ni orang, ditelpon gak diangkat-angkat” abi Bela mondar-mandir dengan perasaan khawatir. “Bentar lagi dah mau jum’at lagi”. “Tenang Abi, jangan panik gitu, yang lainnya juga ikut panik gara-gara abi” buk Ria menenangkan suaminya.
Beberapa saat kemudian hp buk Ria berdering. “Abi, buk Fatma nelpon!” buk Ria mengambil hand phonenya. “Cepat diangkat” kata pak Joel. “Assalamu’alaikum buk Fatma” “Wa’alaikumsalam buk Ria, maafkan kami buk” jawab buk Fatma dengan nada sendu. “Kenapa buk?” “Mobil Yusuf nabrak truk, hiks hiks hiks” buk fatma menangis sambil terisak-isak. Hand phone buk ria terjatuh ia langsung memeluk buah hatinya yang juga ikut mendengarkan pembicaraan buk Fatma. Air mata Bela mengalir, ia mematung, matanya tertutup, tiba-tiba terjatuh. “Bela..!” teriak buk Ria. Semuanya mendekati Bela, rumah bahagia tiba-tiba berubah menjadi duka.
Keadaan menjadi semakin panik, Bela pingsan, dan keadaan Ust Yusuf belum jelas bagaimana. Setelah Shalat Jum’at Bela terbangun. Ia langsung memeluk mamanya “Akh Yusuf gimana ma?” “kamu yang sabar ya nak, Insya Allah semua baik-baik saja” buk Ria menenangkan Bela. “Sekarang kamu mandi, trus shalat, kita ke rumah sakit”. “Ia ma!” buk fatma
mengusap air mata Bela.
Setibanya di rumah sakit Zainal Abidin mereka langsung menemui keluarga pak Abdullah di ruang VIP Melati nomor 5. Bela tak kuasa menahan derai air matanya melihat calon suaminya yang terbungkus perban hampir seluruh badannya. Namun Yusuf masih bisa tersenyum melihat Bela. “Apa kabar Bela?” “Baik akh!” jawab bela. “Baik kok nangis, akh aja senyum, senyum dulu sekali, biar sembuh sakitnya!” canda Yusuf. Bela tersenyum dengan air mata yang menetes.
Semua anggota keluarga berkumpul di ruang Yusuf dirawat, “Akh boleh ngomong serius sama bela?” tanya Yusuf. “Akh mau bilang apa emangnya?” tanya Bela balik. “Gak apa-apa, cuman akh mau minta maaf sama Bela..! mungkin akh gak bisa membahagiakan kamu dengan kondisi akhi yang seperti ini. Huufft, dokter bilang, akh harus duduk di kursi roda” air mata Yusuf menetes. “Bila memang Bela mau menerima pinangan orang lain, akh ikhlas. Dan akh akan mendo’akan kalian bahagia!”.
Buk Fatma tak sanggup menahan air matanya melihat kondisi anaknya dan keputusan Yusuf. Ia yakin pasti hati anaknya begitu hancur. Buk Ria memeluk buk Fatma. Semuanya terdiam, mereka mengharapkan jawaban dari Bela.
“Klo Akh tau, akh gak mungkin bisa ngomong kek gini! Bela kenal sama akh bukan kemarin, sejak pertama Bela liat akhi Bela dah jatuh cinta sama akhi, cuman Bela gak berani ngunggkapinnya sama akhi. Bela Cuma bisa berdo’a dan berharap sama Allah. Tiap pagi Bela sempatin buat liat akhi dari cermin di depan kelas Bela karena akh sering duduk berpapasan dengan cermin itu. Bela bahkan gak berani untuk natap akhi secara langsung. Semua harapan dan keinginan Bela ada sama akhi, jauh hari bela dah nerima akhi apa adanya. Bela siap walau harus menemani akhi di atas kursi roda seumur hidup Bela. Apa akhi bisa ninggalin Bela kalau seandainya bela yang ada di posisi akhi?” Bela mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendamnya dengan air mata yang terus berlinang.
Semua ikut menangis melihat kekuatan cinta mereka. Buk fatma langsung memeluk Bela “Mulia sekali hatimu nak, tak ada orang tua yang tidak bahagia bila mempunyai anak sepertimu” buk Fatma mengusap air mata Bela. Bela kembali memeluk calon mertuanya.
Melihat begitu besar cinta anaknya pak Joel langsung memegang tangan Ust Yusuf, “Kamu siap untuk jadi suami Bela?, kalau Bela bahagia kami juga akan sangat bahagia”. Air mata Yusuf berderai, ia tak tau harus berkata apa, ia sangat bahagia bisa mendapatkan calon istri sebaik Bela.
“Saya sangat bersedia pak” jawab yusuf dengan air mata menetes. “Kalau begitu di depan para saksi, saya nikahkan anak saya Salsabila Putri Zalianti dengan anda Muhammad Yusuf Hakiki dengan mas kawin 15 mayam emas dibayar tunai”.
“Saya terima nikah Salsabila Putri Zalianti untuk saya dengan mas kawin 15 mayam emas dibayar tunai” jawab Yusuf lugas. “Bagaimana para saksi, sah?” tanya pak Joel. “Sah, sah,,,!” jawab para saksi. Akhirnya semua tersenyum, Bela langsung memeluk suaminya. (akhiyulis)
Setibanya di rumah sakit Zainal Abidin mereka langsung menemui keluarga pak Abdullah di ruang VIP Melati nomor 5. Bela tak kuasa menahan derai air matanya melihat calon suaminya yang terbungkus perban hampir seluruh badannya. Namun Yusuf masih bisa tersenyum melihat Bela. “Apa kabar Bela?” “Baik akh!” jawab bela. “Baik kok nangis, akh aja senyum, senyum dulu sekali, biar sembuh sakitnya!” canda Yusuf. Bela tersenyum dengan air mata yang menetes.
Semua anggota keluarga berkumpul di ruang Yusuf dirawat, “Akh boleh ngomong serius sama bela?” tanya Yusuf. “Akh mau bilang apa emangnya?” tanya Bela balik. “Gak apa-apa, cuman akh mau minta maaf sama Bela..! mungkin akh gak bisa membahagiakan kamu dengan kondisi akhi yang seperti ini. Huufft, dokter bilang, akh harus duduk di kursi roda” air mata Yusuf menetes. “Bila memang Bela mau menerima pinangan orang lain, akh ikhlas. Dan akh akan mendo’akan kalian bahagia!”.
Buk Fatma tak sanggup menahan air matanya melihat kondisi anaknya dan keputusan Yusuf. Ia yakin pasti hati anaknya begitu hancur. Buk Ria memeluk buk Fatma. Semuanya terdiam, mereka mengharapkan jawaban dari Bela.
“Klo Akh tau, akh gak mungkin bisa ngomong kek gini! Bela kenal sama akh bukan kemarin, sejak pertama Bela liat akhi Bela dah jatuh cinta sama akhi, cuman Bela gak berani ngunggkapinnya sama akhi. Bela Cuma bisa berdo’a dan berharap sama Allah. Tiap pagi Bela sempatin buat liat akhi dari cermin di depan kelas Bela karena akh sering duduk berpapasan dengan cermin itu. Bela bahkan gak berani untuk natap akhi secara langsung. Semua harapan dan keinginan Bela ada sama akhi, jauh hari bela dah nerima akhi apa adanya. Bela siap walau harus menemani akhi di atas kursi roda seumur hidup Bela. Apa akhi bisa ninggalin Bela kalau seandainya bela yang ada di posisi akhi?” Bela mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendamnya dengan air mata yang terus berlinang.
Semua ikut menangis melihat kekuatan cinta mereka. Buk fatma langsung memeluk Bela “Mulia sekali hatimu nak, tak ada orang tua yang tidak bahagia bila mempunyai anak sepertimu” buk Fatma mengusap air mata Bela. Bela kembali memeluk calon mertuanya.
Melihat begitu besar cinta anaknya pak Joel langsung memegang tangan Ust Yusuf, “Kamu siap untuk jadi suami Bela?, kalau Bela bahagia kami juga akan sangat bahagia”. Air mata Yusuf berderai, ia tak tau harus berkata apa, ia sangat bahagia bisa mendapatkan calon istri sebaik Bela.
“Saya sangat bersedia pak” jawab yusuf dengan air mata menetes. “Kalau begitu di depan para saksi, saya nikahkan anak saya Salsabila Putri Zalianti dengan anda Muhammad Yusuf Hakiki dengan mas kawin 15 mayam emas dibayar tunai”.
“Saya terima nikah Salsabila Putri Zalianti untuk saya dengan mas kawin 15 mayam emas dibayar tunai” jawab Yusuf lugas. “Bagaimana para saksi, sah?” tanya pak Joel. “Sah, sah,,,!” jawab para saksi. Akhirnya semua tersenyum, Bela langsung memeluk suaminya. (akhiyulis)
Tamat
Sumber : Umdah.co
0 comments:
Post a Comment
Selalu indah dengan kata-kata yang indah pula